Minggu, 04 Desember 2016

jenis sampah yang ada di halaman sekolah

PENGELOLAAN SAMPAH YANG RAMAH LINGKUNGAN DI SEKOLAH


Pengertian Sampah 
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan [manusia] yang berwujud padat [baik
berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai] dan
dianggap sudah tidak berguna lagi [sehingga dibuang ke lingkungan]. Alam tidak mengenal
sampah, yang ada hanyalah daur materi dan energi. Hanya manusia yang menyampah
[mengakibatkan munculnya sampah].

Segala macam organisme yang ada di alam ini selalu menghasilkan bahan buangan,
karena tidak ada proses konversi yang memiliki efisiensi 100%. Sebagian besar bahan
buangan yang dihasilkan oleh organisme yang ada di alam ini bersifat organik [memiliki
ikatan CHO, bagian tubuh makhluk hidup]. Sampah yang berasal dari aktivitas manusia yang
dapat bersifat organik maupun anorganik. Contoh sampah organik adalah: sisa-sisa bahan
makanan, kertas, kayu dan bambu. Sedangkan sampah anorganik [hasil dari proses pabrik]
misalnya: plastik, logam, gelas, dan karet.

Ditinjau dari kepentingan kelestarian lingkungan, sampah yang bersifat organik tidak
begitu bermasalah karena dengan mudah dapat dirombak oleh mikrobia menjadi bahan yang
mudah menyatu kembali dengan alam. Sebaliknya sampah anorganik sukar terombak dan
menjadi bahan pencemar. 

Pencemaran lingkungan umumnya berasal dari sampah yang melonggok  pada suatu
tempat penampungan atau pembuangan. Perombakan sampah organik dalam suasana anaerob
[miskin oksigen] akan menimbulkan bau tak sedap. Makin tinggi kandungan protein dalam
sampah, makin tak sedap bau yang ditimbulkan. Dampak lain karena timbunan sampah dalam
jumlah besar adalah lingkungan yang kotor dan pemandangan yang kumuh.
Timbunan sampah menjadi sarang bagi vektor dan penyakit. Tikus, lalat, nyamuk
akan berkembang biak dengan pesat. Ruang yang ada dicelah-celah sampah dapat berupa
ban, kaleng bekas, kardus, dan lain-lain merupakan hunian yang ideal bagi tikus. Lalat pada
umumnya berkembangbiak pada sampah organik, terutama pada sampah yang banyak
mengandung protein, seperti sisa makanan.
                                                           
Karakteristik sampah di Sekolah
 Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi penghasil sampah
terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan perkantoran. Secara umum sampah dapat
dipisahkan menjadi :
1. Sampah organik/mudah busuk  berasal dari: sisa makanan, sisa sayuran dan kulit
buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah kebun (rumput, daun dan ranting).
2. Sampah anorganik/tidak mudah busuk berupa : kertas, kayu, kain, kaca, logam,
plastik , karet dan tanah.

 Sampah yang dihasilkan sekolah kebanyakan adalah jenis sampah kering dan hanya
sedikit sampah basah. Sampah kering yang dihasilkan kebanyakan berupa kertas, plastik dan
sedikit logam. Sedangkan sampah basah berasal dari guguran daun pohon, sisa makanan dan
daun pisang pembungkus makanan.

Pengelolaan sampah
1. Pemilahan yaitu memisahkan menjadi kelompok sampah organik dan non organik dan
ditempatkan dalam wadah yang berbeda. 
Sekolah sebagai tempat anak-anak belajar dan menuntut ilmu, bisa memberikan pengetahuan tentang cara mengelola sampah. Perilaku anak-anak bisa dirubah dengan membangun kesadaran untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat. Anak juga selayaknya bisa diberikan ketrampilan mengelola sampah di sekolah. Ada beberapa cara yang bisa dipraktekkan di sekolah. Salah satunya adalah dengan memisahkan sampah-sampah tersebut menjadi tiga bagian. Sekolah bisa menyediakan tiga tong sampah. Misalnya, tong yang berwarna hijau adalah untuk sampah yang berasal dari buah-buahan, sayur-sayuran atau daun-daunan yang cepat membusuk atau yang sering disebut sebagai sampah dapur. Sampah ini sering kita kenal dengan sebutan sampah organik. Kita juga dapat menyediakan lubang untuk mengubur sampah-sampah tersebut. Sesudah penuh lubang tersebut kita tutup kembali dengan tanah. Sampah yang telah dikubur akan membusuk dan baik sekali untuk menjadi pupuk, yang sering disebut dengan pupuk kompos.
Untuk tong yang berwarna merah misalnya untuk sampah pecahan kaca, botol plastik, kaleng atau sampah yang tidak dapat membusuk atau tidak dapat dibakar. Sampah ini dapat kita pilih apabila yang masih utuh dapat kita jual dan yang tidak dapat dijual juga dapat kita masukkan dalam lubang yang telah digali dan kemudian kita kubur supaya tidak menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk demam berdarah.
Sementara untuk tong yang berwarna kuning adalah untuk sampah yang terdiri dari kertas atau sampah yang mudah terbakar. Sampah jenis ini sebenarnya tidak usah setiap sore hari kita bakar. Sampah ini sebenarnya dapat didaur ulang.
2. Pengolahan dengan menerapkan konsep 3R yaitu: 
a. Reuse  (penggunaan kembali) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu yang
masih memungkinkan untuk dipakai [penggunaan kembali botol-botol bekas]. 
b. Reduce (pengurangan) yaitu berusaha mengurangi segala sesuatu yang dapat
menimbulkan sampah serta mengurangi sampah-sampah yang sudah ada.
c. Recycle (daur ulang) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah
menjadi barang yang lebih berguna [daur ulang sampah organik menjadi kompos]. 
3. Untuk sampah yang tidak dapat ditangani dalam lingkup sekolah, dikumpulkan ke
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang telah disediakan untuk selanjutnya diangkut
oleh petugas kebersihan ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA). 

 Sampah yang dibuang ke TPS ditempatkan berdasarkan pemilahan sampah yang telah
dilakukan. Hal ini dilakukan karena sampah organik cepat membusuk sementara sampah non
organik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membusuk sehingga memerlukan
perlakuan khusus. Untuk TPS yang sengaja disediakan oleh pihak sekolah sebaiknya TPS
tersebut berupa lubang yang dilengkapi dengan sistem penutup sehingga tikus, serangga, dan
hewan-hewan tertentu tidak masuk ke dalamnya dan juga untuk menghindari bau dari sampah
yang bisa mengganggu. 

Perancangan Pengelolaan Sampah di Sekolah
 Di lingkungan sekolah, pengelolaan sampah membutuhkan yang perhatian serius.
Dengan komposisi sebagian besar penghuninya adalah anak-anak [warga belajar] tidak
menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal. Namun juga bisa dipakai sebagai
media pembelajaran bagi siswa-siswinya. Salah satu parameter sekolah yang baik adalah
berwawasan lingkungan. 

 Sampah basah bisa diolah menjadi kompos. Prosesnya mudah dan sederhana. Anak
usia sekolah SD hingga SLTA bisa mengerjakan sendiri. Pembuatan kompos dengan sampah
basah di sekolah bisa menjadi media pembelajaran untuk anak didik. Setidaknya anak akan
belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam. Anak juga akan belajar menghargai lingkungan.
Mereka akan belajar bagaimana sampah itu bisa bermanfaat bagi manusia bukan hanya
sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk
memupuk tanaman yang ada atau sebagi bahan campuran media tanam dalam pot.

Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.

Cara Pengomposan
yaitu :

- Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
- Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
- Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
- Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
- Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.

Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.

Dalam limbah sekolah selain sampah organik kertas bekas yang dihasilkan banyak sekali  yang berjenis HVS. Jenis kertas ini di
kalangan pemulung memiliki harga yang paling tinggi. Belum lagi kertas karton, kertas
pembungkus makanan dan kertas jenis lainnya. Khusus untuk sampah kertas, bisa dilakukan
dua hal untuk pengelolaannya. 
1. Yang pertama adalah daur ulang sebagai pengelolaan sendiri. Sampah kertas bisa didaur
ulang dengan cukup mudah. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dan direndam ke dalam air.
Proses berikutnya adalah diblender hingga berubah menjadi bubur kertas. Dari sinilah
kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas bisa dijadikan bahan kertas daur ulang atau bisa
dijadikan bahan dasar kreativitas lain, misalnya topeng kertas atau bentuk pigora.
2. Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan untuk dijual. Kertas berjenis HVS
dipisah dari jenis lain misalnya koran, karton dan kerdus. Kertas bekas yang sudah dipilah 4
tadi dijual ke pemulung. Pemulung secara berkala akan datang ke sekolah untuk
mengambil kertas tersebut.

Jenis sampah lain yang juga lumayan banyak di sekolah adalah plastik. Sampah ini
sebagian besar terdiri dari bungkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis terakhir
inilah yang sekarang banyak dicari orang. Botol minuman bekas yang berbahan plastik PET
bisa didaur ulang menjadi biji plastik. Demikian juga halnya dengan kaleng minuman bekas
yang berbahan logam. Sampah jenis ini juga sebaiknya dipilah, dikumpulkan untuk kemudian
dijual. Anak-anak juga dapat berkreasi merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan
dinding.

Dengan sistem pemilahan ini diharapkan anak didik dapat belajar betapa sampah yang
semula kotor dan menjijikkan ternyata memiliki nilai jual. Mata pelajaran ekonomi dapat
dipelajari dari seonggok sampah di sekolah. Anak didik akan menyadari bahwa peluang kerja
ada di sekitarnya, bukan hanya dicari tapi dapat juga diciptakan.
Dalam perancangan pengelolaan sampah di sekolah, para siswa perlu dilibatkan secara
aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan pembentukan regu-regu yang bertugas secara terjadwal.
Kegiatan pameran dan kompetisi berkala dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian
terhadap pengelolaan sampah.  Menulis di blog atau majalah dinding merupakan latihan yang
bagus untuk menumbuhkan jiwa-jiwa mengelola sampah. Sehingga muncul kesadaran baru
bahwa,  “Sampah bukan masalah, tetapi peluang”.

1 komentar:

  1. terima kasih atas materinya,materinya bagus untuk dipelajari.kunjungi juga blog saya http://arianisha.blogspot.co.id/

    BalasHapus